Ini bukan copas, tapi juga bukan cerita yang saya buat sendiri. Tapi ini salah satu bagian menarik dari buku yang pernah saya baca tentang sahabat :)
ANDIWAN dan Robby adalah dua orang anak muda yang bersahabat
karib sejak mereka duduk di sekolah dasar. Mereka bekerja sebagai tenaga
kurir sparepart di salah satu perusahaan kereta api uap Eropa. Tugas
mereka adalah mengantarkan sparepart-sparepart yang diperlukan dari
satu dipo ke dipo yang lain dengan menggunakan kereta kuda.
Suatu
sore menjelang senja, mereka berdua ditugaskan mengantar beberapa suku
cadang ke dipo lain untuk perbaikan lokomotif yang mogok. Barang
tersebut harus diantar malam itu juga karena besok pagi KA harus
berangkat. Daerah lintasan yang akan mereka jalani terkenal dengan
serigala buas yang dapat memangsa manusia. Akan tetapi, karena tugas dan
dedikasi mereka pada perusahaan,akhirnya kedua sahabat ini berangkat
juga.
Robby termasuk orang yang sedikit takut dengan kegelapan,
apalagi ada binatang buasnya. Namun, Andiwan membesarkan hatinya demi
panggilan tugas perusahaan.
Setelah persiapan selesai, mereka
pun berangkat dengan kereta yang ditarik oleh lima ekor kuda. Mereka
akan melewati lima rimbunan pohon bambu yang menjadi sarang serigala
buas tersebut. Begitu melewati rimbunan bambu pertama, tampak puluhan
mata bercahaya dari balik rimbunan siap menerkam mereka, Robby pun
bertanya,"Bagaimana melewati ancaman tersebut?"
Andi dengan tenang
melepaskan seekor kuda dan langsung diserbu oleh serigala tersebut.
Rimbunan kedua pun demikian, untuk menyelamatkan mereka, terpaksa Andi
melepaskan kuda yang kedua. Terus demikian hingga pada rimbunan
keempat dan mereka melepaskan kuda yang keempat.
Memasuki rimbunan
pohon bambu yang kelima, Robby semakin bingung dan panik, karena kuda
tinggal seekor. Jika yang seekor ini dilepaskan, mereka pun akan
menjadi santapan empuk bagi serigala tersebut. Dalam kepanikannya dia
bertanya pada Andi,"Bagaimana melewati ancaman ini?"
Namun, Andi
mengajak Robby tetap tenang. "Pasti ada solusinya, yang penting amanah
suku cadang ini harus dapat disampaikan dengan baik. "ungkap Andi.
"Tapi bagaimana caranya agar kita keluar dari ancaman ini?" tanya Robby dalam kepanikannya.
Andiwan
memeluk Robby, dikatakan supaya Robby tetap ke dipo untuk mengantar
suku cadang tersebut dan biarkan dia saja yang mengurus
serigala-serigala tersebut.
Benar saja, begitu mendekat rimbunan
pohon yang kelima, tali kekang kuda diserahkan kepada Robby untuk
dikendalikan. Sementara itu, puluhan mata haus darah siap menerkam
mereka. Tiba-tiba, Andiwan menerjunkan dirinya ke arah rimbunan pohon
tersebut dan segera menjadi santapan segerombolan serigala. Andiwan
pun tewas demi keselamatan sahabat dan amanah yang diberikan
perusahaan.
***
NILAI suatu persahabatan, sebenarnya
dilihat dari ketulusan hati dan kesediaan untuk berkorban bagi orang
lain. Andi telah mengorbankan kepentingan bahkan nyawanya bagi sahabat
dan perusahaannya.
Sahabat manakah yang telah sedemikian hebat
mengorbankan nyawanya untuk kepentingan orang lain? Dunia sudah
semakin bertumbuh dalam keegoisannya, hubungan antar manusia semakin
kering , tingkat persaingan semakin tinggi dan kemajuan teknologi yang
telah memungkinkan manusia untuk tidak berhubungan dengan orang lain
tanpa melalui tatap muka atau bersalaman. Diperlukan seorang sahabat
yang menjadi teman setia di kala suka maupun duka. Bagi mereka sahabat
kita yang terpaksa harus berpisah dengan keluarga karena penempatan di
salah satu daerah, tentu teman-teman satu mes atau sekamar menjadi
sahabat sejati mereka. Banyak kejadian rekan-rekan kita yang mengalami
musibah atau sakit secara mendadak, sementara ia jauh dari keluarga.
Namun, yang melakukan pertolongan pertama justru sahabat-sahabat
terdekatnya dan ini dilakukan tanpa pamrih tetapi justru dalam empati
yang sangat mendalam.
Menjadi sahabat di kala senang dan
berkelimpahan adalah hal yang wajar karena siapa pun bisa melakukan hal
ini. Namun, menjadi sahabat justru di kala mereka dalam keadaan susah
dan berduka menjadikan nilai persahabatan tersebut begitu tinggi.
Dalam dunia yang semakin "bengkok" ini, intisari persahabatan acapkali
dibungkus oleh harapan-harapan untuk jangka panjang. Acapkali
persahabatan dibangun supaya orang tersebut ingat kalau ada putaran
mutasi, supaya proyek dapat dimenangkan, dan bahkan persahabatan
kadangkala dibangun untuk menjatuhkan orang tersebut di kemudian hari.
Persahabatan
yang sejati tidak melihat hasil dan buah dari persahabatan tersebut,
namun kedua belah pihak menikmati proses yang terjadi sebagai bagian
dari tugas kehidupan. Itulah sebabnya Richard Exley (2002)
mengemukakan,"Sahabat sejati adalah orang yang mau mendengar dan
mengerti ketika Anda mengungkapkan perasaan Anda yang paling dalam. Ia
mendukung ketika Anda tengah berjuang. Ia menegur dengan lembut penuh
kasih ketika Anda berbuat salah, dan ia memaafkan ketika Anda gagal.
Seorang sahabat sejati melecut Anda untuk pertumbuhan pribadi, mendorong
Anda memaksimalkan potensi Anda sepenuhnya. Adapun yang paling
menakjubkan, ia merayakan keberhasilan Anda seolah-olah keberhasilannya sendiri."
Ketika sang mentari menampakkan wajahnya hari ini, mari kita merenung, "Sudahkah kita menjadi sahabat sejati bagi orang lain, dan siapakah sahabat sejati kita yang sesungguhnya hingga hari ini?"
NB : di ambil dari buku setengah isi setengah kosong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar